Apa Itu VCT ?

Apa Itu VCT ? - VCT atau Voluntary Counseling and Testing atau konseling dan test sukarela adalah kegiatan konseling bersifat sukarela dan rahasia, yang dilakukan oleh seorang konselor VCT yang terlatih, yang dilakukan sebelum dan sesudah test darah untuk HIV di laboratorium. Tes HIV dilakukan setelah klien terlebih dulu menandatangani inform consent (surat persetujuan tindakan). Jadi, VCT atau Voluntary Counseling and Testing adalah tes HIV yang dilakukan secara sukarela. Karena pada prinsipnya tes HIV tidak boleh dilakukan dengan paksaan atau tanpa sepengetahuan orang yang bersangkutan.

Apakah VCT Penting?
VCT penting untuk dilakukan karena untuk dapat mengakses ke semua layanan yang dibutuhkan terkait pencegahan dan pengobatan HIV, AIDS dan untuk memberikan dukungan demi kebutuhan klien seperti perubahan perilaku, dukungan mental, dukungan terapi ARV, dan pemahaman yang benar dan faktual tentang HIV, AIDS.

Dimana Bisa Mendapatkan Layanan VCT ?
VCT bisa didapat di tempat layanan kesehatan atau klinik yang menyediakan layanan VCT, puskesmas, dan Rumah Sakit.

Siapa Yang Membutuhkan VCT ?
VCT tidak hanya diperuntukkan bagi penderita HIV saja tapi semua manusia bisa mendapatkan layanan VCT. Jadi VCT diperuntukkan untuk :
  • Mereka yang mau melakukan test HIV
  • Mereka yang pernah berperilaku berisiko terhadap penularan HIV di masa lalu dan ingin merencanakan masa depannya
  • Para homo atau orang yang melakukan hubungan seksual berisiko. Hubungan berisiko ini bukan hanya hubungan dengan pekerja seks, gigolo ataupun waria. Hubungan seksual dengan orang yang tidak diketahui status HIV nya bisa juga dianggap hubungan berisiko.
  • Orang yang pernah menerima transfusi darah.
  • Pengguna narkoba suntik.
  • Orang yang mengalami Infeksi Menular Seksual berulang.
Apa Saja Yang Dilakukan Pada Saat VCT ?
Ada beberapa tahapan dalam melakukan VCT yaitu tahapan pertama adalah pemberian informasi tentang HIV dan AIDS, cara penularan, cara pencegahannya dan periode jendela. Kemudian konselor dilaksanakan penilaian risiko klinis. Pada kegiatan ini, klien harus jujur tentang hal-hal berikut :
  1. Kapan terakhir kali melakukan aktivitas seksual
  2. Apakah menggunakan narkoba suntik
  3. Melakukan hal-hal yang berisiko pada pekerjaan – misalnya dokter ataupun calon dokter atau tenaga kesehatan lainnya
  4. Apakah pernah menerima produk darah, organ atau sperma
Untuk konselor VCT biasanya terikat sumpah untuk merahasiakan status si klien. Jadi jangan khawatir untuk menceritakan semua yang pernah anda lakukan. Apalagi pada saat melakukan VCT, tempatnya tidak terbuka dan tertutup sehingga privacy klien akan tetap terjamin. Namun, jika ada konseling yang menanyakan klinis tentang anda di muka umum, jangan mau, anda harus menolaknya, kalau perlu dihajar! Karena ada saja konselor brengsek dan kurang ajar yang mengejar target biar dapet duit, biasanya konslor seperti ini bisa ditemui di puskesmas atau rumah sakit.

Jika tahapan pertama (pre konseling) sudah selesai, selanjutnya konselor akan menawarkan kepada klien apakah bersedia untuk melakukan tes HIV. Jangan khawatir, kalau misalnya ragu untuk melakukan tes dan tidak mau, juga tidak masalah. Konselor tidak akan memaksa klien untuk melakukan tes HIV. Bisa kembali lagi kapan saja. Sekali lagi, jika anda konseling yang melakukan pemaksaan, laporkan saja ke kepolisian dengan tuduhan perbuatan tidak menyenangkan dan pemaksaan, biar kapok!

Dan jika klien mau melakukan tes HIV, konselor akan memberikan informed consent atau izin/persetujuan/pernyataan dari klien untuk melakukan tes HIV, di surat pernyataan ini klien menyatakan bahwa klien yang bersangkutan telah menerima informasi yang berhubungan dengan tes VCT ini dan telah menjalani penilaian risiko klinis (seperti yang telah dijelaskan diatas). Klien juga menyatakan kalau dirinya bersedia untuk dilakuan tes HIV.

Pada saat melakukan tes HIV, darah kita akan diambil secukupnya. Dan pemeriksaan darah ini bisa memakan waktu antara setengah jam sampai satu minggu – tergantung jenis tes HIV yang dipakai – Biasanya klien disuruh pulang dan kembali lagi mengambil hasil tes beberapa hari setelahnya.

Kalau klien berubah pikiran dan tidak mau ngambil hasil tes terserah dan tidak masalah yang penting sebagai konselor, telah melakukan sesuai standart kerja. Tapi kalau klien memutuskanuntuk mengambil hasil tes, klien akan menjalani tahapan post konseling.
Pada tahapan ini (post konseling), konselor akan memberitahukan hasil tes. Kalau hasil tesnya negatif, balik lagi ke penilaian risiko klinis -inilah pentingnya bagi kita untuk menjawab dengan jujur- Kalau dari penilaian risiko klinis, klien masih dalam masa periode jendela – periode jendela adalah periode di mana orang yang bersangkutan sudah tertular HIV tapi antibodinya belum membentuk sistem kekebalan terhadap HIV dan hasil tes HIV nya masih negatif, meski belum terdeteksi tapi sudah bisa menularkan – klien akan dianjurkan untuk melakukan tes kembali tiga bulan setelahnya. Selain itu, bersama-sama dengan klien konselor akan membantu klien untuk merencanakan program perubahan perilaku. Pada tahapan terakhir ini diharap klien sudah mengerti tentang semua yang berhubungan denga HIV AIDS, jika disuatu saat klien tidak berubah, sebagai konselor yang baik, maka harus tetap membimbing klien, menuju jalan yang benar,, selain mendapat pahala karena telah ikhlas dalam bekerja dan membantu orang lain, Konselor juga akan dikenal banyak orang,,, heheee

Bagaiaman Jika Hasil Tes Positif ?
Kalau hasil tes positif, klien bebas untuk mendiskusikan perasaannya dengan konselor. Konselor juga akan menginformasikan fasilitas untuk tindak lanjut dan dukungan. Misalnya, jika klien membutuhkan terapi ARV ataupun dukungan dari kelompok orang-orang senasib sebaya. Selain itu, konselor juga akan memberikan informasi tentang cara hidup sehat dan bagaimana cara agar tidak menularkan ke orang lain.

Catatan Penting
  • Hasil tes HIV adalah rahasia yang seharusnya hanya diketahui oleh konselor dan klien saja. Klien dapat menuntut apabila ternyata hasil HIV bocor ke orang lain yang tidak berwenang. Kalaupun klien dirujuk dan artinya informasi tentang status HIV klien harus diberitahukan ke orang lain, harus dengan persetujuan klien
  • Proses VCT yang benar memegang teguh privacy dan juga memastikan kalau klien melakukan VCT dengan sukarela. Kalau anda dipaksa untuk melakukan tes HIV tanpa konseling, jangan mau. Anda dapat menuntut pihak yang memaksa anda untuk melakukan tes VCT

Jadi, VCT atau Voluntary Counseling and Testing atau konseling dan test sukarela sangat bermanfaat untuk kita semua, tidak perlu malu untuk memeriksakan kesehatan kita karena mencegah lebih baik dari pada mengobati.

Link sobat blogger itikkecil

1 komentar