Alif baru saja tamat dari Pondok Madani. Dia selalu bermimpi, bahwa dirinya bisa menguasai bahasa Arab dan Inggris, kemudian dia ingin belajar teknologi tinggi di Bandung seperti Habibie, lalu merantau sampai ke Amerika.
Kisah Negeri 5 Menara ini bisa dijadikan pembelajaran dan contoh pada zaman sekarang ini, dari kegigihan seroang Alif. Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di sawah berlumpur dan tentu mandi berkecipak di air biru Danau Maninjau. Tiba-tiba saja dia harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya: belajar di pondok.
Kisah Negeri 5 Menara ini mengingatkan saya saat mondok dulu, di Zainul Hasan Genggong Probolinggo, meski tidak sama dengan ceritanya si Alif tapi kehidupan di pondok sungguh sangat luar biasa! Banyak hikmah, banyak manfaat dan banyak ketenangan hati dalam meraih cita-cita, seperti saya ini Alhamdulillah telah menjadi seorang yang mengabdi sebagai pemberi pelayanan bagi masyarakat, perawat. Di hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan "mantera" sakti man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Alif juga terheran-heran mendengar komentator sepakbola berbahasa Arab, anak menggigau dalam bahasa Inggris, merinding mendengar ribuan orang melagukan Syair Abu Nawas dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara.
Cerita di film Negeri 5 Menara saat Alif di pondok, dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, kalau di pondok saya dulu hukuman jewer juga ada tetapi lebih lucunya lagi saat dapet hukumana kepala di gundul sama pengurus pondok... Alif berteman dekat dengan teman sekamarnya, Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka berenam kerap menunggu maghrib sambil menatap awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk. Kebiasaan berkumpul di bawah menara masjid, mereka berenam pun menamakan diri "Sahibul Menara", alias Pemilik menara. Di mata belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian jiwa muda ini membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
Keenam sahabat di film Negeri 5 Menara ini memiliki impian masing-masing dan bertekad meraihnya. Seperti Alif bertekad dapat mengunjungi Amerika, Baso yang bertekad menghafal 30 Juz Al Quran sebelum lulus.
Untuk melanjutkan Film Neger 5 Menara yang sarat dengan inspirasi tentang tekad, kerja keras, dan persaudaraan ini didukung bintang-bintang muda berbakat seperti Billy Sandy, Ernest Samudra, Rizki Ramdani, Jiofani Lubis,Aris Putra, Eriska Rein.
Sumber Negeri5Menara
Tidak ada komentar