Sebelum membaca tulisan Ketika Tuhan Tidak Lagi Mendengar ini harap diperhatikan; tulisan saya ini tidak bertujuan untuk melakukan provokasi atau menentang suatu keinginan atau kehendak yang mungkin kita inginkan atau yang mungkin kita kehendaki. Tulisan dengan judul Ketika Tuhan Tidak Lagi Mendengar sebagai intropeksi diri, sebagai sebuah kebenaran atau sebuah kesalahan yang kita perbuat dan membuat kita lupa atau tidak.
Ketika Tuhan Tidak Lagi Mendengar merupakan sebuah rasa yang dialami oleh sebagian manusia yang ada di bumi. Menjalani kodrat yang tidak tentu dalam Ketika Tuhan Tidak Lagi Mendengar dalam hidup yang di jalani dan yang di alami.
Ketika kita hidup selama 24 jam yang tidak tahu kapan berakhirnya karena hidup ini bukanlah 24 jam yang kita jalani tapi seberapa besar, seberapa kuat dan seberapa bertahannya kita menjalani hidup ini dan itu semua hanya Tuhan yang mengetahui karena sampai saat ini kita sudah berumur yang bukan 24 jam yang kita jalani.
Lalu apa itu Ketika Tuhan Tidak Lagi Mendengar? Sebuah penolakan, sebuah keinginan atau sebuah harapan yang selalu kita hadapi. Saat kita masih dalam kandungan, kita tumbuh melalui pengorbanan kedua orang tua kita, segala dilakukan dalam pengorbanan sebuah nyawa seorang ibu agar kita menjadi baik dan lebih baik sehingga kita "bebas" menghirup udara bumi yang tak tentu arahnya dan pun berpikir Tuhan Lagi Mendengar atau Ketika Tuhan Tidak Lagi Mendengar rintihan kita, kadang semua manusia lupa akan hal itu.
Beranjak dari seorang manusia kecil yang belajar merangkak tertatih untuk berdiri menjadi manusia dewasa, pun juga melalui banyak pengorbanan, banyak halangan, dari sehat hingga sakit dan sehat lagi, dari tidak ada menjadi ada, dari segala kekurangan hingga tetap kurang kadang kita melupakan semua itu dan menganggap kalau Ketika Tuhan Tidak Lagi Mendengar dan bahkan lupa dari mana semua itu berasal.
Sampai saatnya manusia berada dalam titik beku untuk tetap bilang Tuhan Tidak Lagi Mendengar dan pertanyaan pun datang. Apa yang salah dengan semua ini? Siapa yang salah dengan semua ini? Manusia atau Tuhan?
Saat manusia telah melakukan semua kemampuannya, berupaya dengan jalan lurusnya, setiap saat dari pagi hingga menjelang subuh pun berlalu dalam segenap doa-doa yang meneteskan air mata, bertekad dan berharap merubah segala sesuatu dalam hidup manusia agar menjadi lebih baik dan terbaik untuk manusia yang lain. Namun, wujud harapan itu tidak pernah nampak setetes embun pun... Lelah. Semakin manusia itu mengejar dengan kemampuan dan setumpuk doa-doa yang mengalirkan ludah dalam tenggorokan,,, wujud harapan itu pun tiada pernah datang walau hanya dalam bayangan manusia...
Jiwa manusia memang lemah, tidak sekuat otot yang di miliki, tidak sepintar otak yang bekerja menuntun ide-ide lurus manusia.. Pun mengaduh, pun mengeluh akhir jalan yang di lalui, marah. Marah kepada tuhan, marah kepada Sang Pemberi Wujud dalam harapan, dalam upaya yang dilalui tanpa daya... Ketika Tuhan Tidak Lagi Mendengar terbesit dalam hati dan pikiran mereka. Siapa yang salah? Tuhan atau manusia,,, atau ini hanya sebuah permainan dan sandiwara belaka, menguji untuk kehidupan yang berbeda...
Tidak ada komentar